Minggu, Maret 14, 2010

PENGURUS BARU IKANECIS MASA BAKTI 2010-1013


Alhamdullilah...setelah melalui proses yang lumayan melelahkan selama 2 bulan, akhirnya kemarin tanggal 21 februari 2010 tugas Tim Formatur pemilihan ketua IKANECIS berakhir manis dengan terpilihnya HENDRA ARMALA sebagai Ketua Umum IKANECIS untuk masa bakti 2010-2013.

Melalui pemungutan suara langsung dengan jumlah peserta yang hadir dari beragam tahun lulusan sebanyak 33 orang, Hendra terpilih dengan suara terbanyak. Dengan demikian berakhir pula tugas Tim Formatur dalam proses ini. Proses serah terima dari Tim Formatur kepada Ketua terpilih pun telah dilakukan kemarin plus penyerahan uang kas dari sisa keuangan reuni lulusan 86-89 tahun 2009, mudah-mudahan bisa menjadi "modal" awal IKANECIS dalam memulai tugas-tugasnya.

Berikut susunan Pengurus Pusat yang telah terbentuk :

SUSUNAN PENGURUS PUSAT IKANECIS
Masa Bakti 2010 – 2013

BADAN PEMBINA ORGANISASI :
Ketua : WAHYUDIN
Wakil Ketua : DADANG MULYADI
Anggota : 10 orang

BADAN PENGURUS HARIAN :
Ketua Umum : HENDRA ARMALA
Wakil Ketua Umum : ENDANG RAHMAT
Sekretaris Executive : MASDUKI
Sekretaris Umum : SETO INDRIO YUDO
Wakil Sekretaris Umum : vacant
Bendahara Umum : IIN RATNANINGSIH
Wakil Bendahara Umum: TETI FATHIYAH
Ketua : IIN INDRIANI
Ketua : ANDREAS PANJI
Ketua : GERY ALENIUS
Ketua : vacant
Ketua : DJADJA SUPARDJA
Ketua : JUDI HARSONO
Ketua : DADANG RAHMAT
Ketua : WAWAN AGUS SETIAWAN
Ketua : RUDI EKA SURYADI
Ketua : NENI ANDRIANI

Demikian kabar dari Tim Formatur...Selamat bekerja kepada Ketua Umum beserta seluruh jajaran pengurusnya...mudah-mudahan dengan kepengurusan yang baru ini, cita-cita untuk memajukan Almamater, Alumni dan seluruh civitas akademika SMAN CILIMUS dapat terwujud...Amin Ya Robbal Alamin

nengndrie

Baca Selengkapnya...

Senin, Januari 04, 2010

Antara Kau dan Aku

Salam ku untukmu Dewi Cintaku
dari dulu hingga kini
salamku untukmu
selalu tertuju padamu

Waktu tak bisa berkata
tentang cinta kita
yang telah tiada
waktu jua tak bisa menghapus
tentang rindu kita
yang telah hangus

Lewat angin malam kuingain sampaikan
ku masih mencintaimu
lewat setitik cahayakuingin katakan
ku masih merindukanmu

Jangan kau hapus aku dari jiwamu
jangan kau lelehkan lagi kenangan kita
meski kita tak bersama
bukankah cinta tak harus memiliki

Baca Selengkapnya...

Antara Kau dan Aku

Salam ku untukmu Dewi Cintaku
dari dulu hingga kini
salamku untukmu
selalu tertuju padamu

Waktu tak bisa berkata
tentang cinta kita
yang telah tiada
waktu jua tak bisa menghapus
tentang rindu kita
yang telah hangus

Lewat angin malam kuingain sampaikan
ku masih mencintaimu
lewat setitik cahayakuingin katakan
ku masih merindukanmu

Jangan kau hapus ako dari jiwamu
jangan kau lelehkan lagi kenangan kita
meski kita tak bersama
bukankah cinta tak harus memiliki

Baca Selengkapnya...

Kamis, Desember 10, 2009

IKANECIS (IKATAN ALUMNI SMA NEGERI CILIMUS)

Assalamualaikum ka sadayana,

Hari Minggu 6 Desember kemarin telah terbentuk Team Formatur IKANECIS. Team ini akan bertugas untuk pembentukan Ketua dan Pengurus IKANECIS 2010, dan akan bertugas hingga pelantikan Ketua dan pengurus yang rencananya Insya Allah akan dilangsungkan bertepatan dengan peringatan 4 dasawarsa SMA Negeri Cilimus pada bulan April 2010. Peserta yang hadir dalam pertemuan kemarin cukup mewakili beberapa angkatan, mulai dari angkatan '79 hingga 2004.

Untuk itu Team Formatur masih akan mengadakan pertemuan lanjutan untuk membahas beberapa masalah yang berhubungan dengan Pembentukan kepengurusan IKANECIS. Adapun susunan Team Formatur selengkapnya adalah :

Ketua : Endang Rahmat '87

Wakil : 1. Andres Panji E '79
2. Hendra Armala '88

Bendahara : Teti Fathiyah '89
Sekretaris : Neni Andriani '88

Anggota : 1. Iin Indriani '79
2. Arin Raharja '84
3. Djadja Supardja '86
4. Wawan Setiawan '86
5. Seto Indrio Yudo '87
6. Iin Ratnaningsih '88
7. Judi Harsono '89
8. Dedi Sudrajat '91
9. Punny Lestari '91
10. Melida Noviyanti 2004

Team Formatur juga telah merencanakan pertemuan selanjutnya, yaitu :
1. Januari di Bandung, akan membahas tentang Syarat, kriteria, tugas pokok Ketua IKA dan Pengurus lainnya.
2. Februari di Jakarta, akan membahas tentang penjaringan calon ketua,
3. Maret di Bekasi, pemilihan Ketua dan Anggota
4. April di Cilimus, Pelantikan.
(tanggal, ditentukan kemudian)

Untuk itu kepada seluruh anggota Team Formatur diharapkan untuk selalu hadir pada semua pertemuan, dan kepada alumni yang ingin hadir dalam pertemuan (terutama untuk pertemuan bulan Maret, pada waktu pemilihan Ketua, mari kita hadiri dan ramaikan acara ini...) bisa konfirmasi ke : Neni Andriani di 085624000402, atau ke facebook di grup SMA Negeri 1 Cilimus atau di blog ini.
Besar harapan kami semua alumni dapat berpartisipasi.

Wassalam,
Neni Andriani
Sekretaris





Baca Selengkapnya...

Selasa, November 17, 2009

KISAH PILU SEORANG IBU...

Saya mengenalnya pertama kali ketika pindah ke rumah ini. Waktu itu saya mengundang ibu-ibu majelis ta'lim untuk berdoa di tempat baru saya. Beliau memimpin doa. Saya melihatnya sebagai seorang wanita yang terpelajar. Wajahnya cantik, berkulit putih dengan pakaian yang serasi. Meski umurnya sudah 60 an terlihat kalau semasa mudanya beliau pandai merawat diri. Setelah beberapa kali ngobrol saya semakin terkesan dengan nya. Pengetahuan nya luas, bahasa inggrisnya juga lumayan, belakangan saya tahu kalau beliau pernah menjadi guru bahasa Inggris di sekolah dasar...karena saya merasa "nyambung" dengan beliau, saya jadi sering berdiskusi tentang segala hal dengannya. Saya juga meminta beliau untuk memberi les privat mengaji di rumah untuk saya dan si teteh...dari situlah, karena 2 kali seminggu beliau ke rumah, kami jadi semakin dekat..beliau juga mulai terbuka tentang kehidupan pribadinya...

Ternyata beliau sudah 30 tahun lebih menjanda !...agak kaget juga...orang secantik dan serapi beliau ternyata betah menjanda begitu lama..kalau dihitung usianya yang sekarang, brarti beliau menjadi janda di usia 30 tahun an...masih muda sekali kan ?...apa penyebabnya ?...
Ternyata tanpa saya minta belaiu bercerita sendiri tentang masa lalunya....

Beliau lahir di kota kecil yang sejuk, ada turunan menak sunda..orang tuanya mendidik nya untuk menjadi guru mengaji. Dengan tekun beliau mempelajari ilmu Al Qur'an...memiliki wajah cantik, bersuara bagus, beliau tidak hanya pintar mengaji, tapi juga jago menyanyi...di usia 20 an beliau bertemu dengan seorang pemuda, mahasiswa ITB. Sementara beliau setelah lulus dari sekolah guru keputrian langusung mengajar...mereka menikah dan suaminya yang berotak cemerlang tidak lama setelah lulus langsung diterima bekerja di instansi pemerintah. Di awal pernikahan mereka dikaruniai 3 orang anak..dan ketika beliau mengandung anak ke 4, suaminya ditugaskan ke papua...mereka sekeluarga akhirnya boyongan ke sana...dan di sana lah "petaka" itu dimulai....
Entah dari mana awalnya..sang suami tiba-tiba menyatakan keinginan nya untuk menikah lagi dengan seorang gadis !...bagai disambar petir dan merasa sangat tersakiti akhirnya beliau memilih untuk berpisah...begitu putra keempat nya lahir...beliau memilih pergi, kembali ke Bandung dengan membawa luka hati...semua anaknya dia tinggalkan bersama suaminya karena beliau merasa suaminya akan lebih bisa membiayai pendidikan putra-putrinya dibandingkan beliau yang seorang wanita tanpa penghasilan...

Di Bandung, untuk menyambung hidupnya beliau kembali mengajar. Karena keahliannya dalam ilmu Al Qur'an beliau memberi les privat mengaji di beberapa keluarga...dengan ketekunan nya beliau sampai bisa membeli rumah kecil yang sampai sekarang beliau tempati...sendirian...
Puluhan tahun berlalu, beliau hanya hidup seorang diri...tanpa putra-putri...ada cerita yang amat memilukan...satu persatu putra-putri dinikahkan oleh ayahnya, tanpa pernah mau memberi tahu beliau sebagai ibu kandungnya !...ternyata selama mereka hidup bersama ibu tiri, mereka "diajarkan" untuk tidak perlu mengenal lagi ibu kandungnya !...bahkan bungsunya yang beliau tinggalkan semasa bayi, tidak tahu bahwa yang disebut ibu nya yang sekarang adalah ibu tiri...
Beliau bercerita sambil menangis...betapa hancur dan sedih hatinya ketika diberi tahu oleh kerabat mantan suaminya setiap kali ada anaknya yang akan menikah...dan beliau tidak pernah dianggap "ada"...dengan tidak pernah mengundangnya...apalagi disungkem oleh mempelai...beliau hanya bisa memandang dari kejauhan..meneteskan air mata ketika mereka melakukan ijab kabul...sampai ketika si bungsu hendak menikah, beliau "dipaksa" datang oleh kerabat mantan suaminya dan diperkenalkan kepada bungsunya bahwa beliau lah ibu kandungnya !....saat itu...bungsu nya hanya memandang beliau sekejap dengan tatapan yang tidak percaya...bertambah hancurlah perasaan beliau...

Ketika ayah dari anak-anak nya meninggal, ada kerabat mantan suaminya yang berinisiatif mendekatkan kembali beliau dengan anak-anaknya...karena sewaktu mantan suaminya masih ada, putra-putrinya tidak diberi akses untuk berhubungan dengan beliau sebagai ibu kandungnya...apa yang terjadi ketika pertemuan itu berlangsung ?...ternyata putra-putri nya sudah tidak mempunyai rasa memiliki pada beliau...mungkin karena puluhan tahun mereka tidak bisa kontak secara langsung, tidak pernah bersentuhan, tidak pernah mengungkapkan kasih sayang...yang ada malah cercaan dan pertanyaan yang menyakitkan hati...mereka semua malah menyalahkan beliau sebagai ibu yang lari dari tanggung jawab...tidak mau merawat dan mendidik serta membesarkan mereka...!!!!...Astagfiraullah...dengan berurai air mata, dengan kalimat penyesalan mendalam, beliau menjelaskan semua yang terjadi puluhan tahun silam..ketika beliau terpaksa pergi, ketika dengan berat hati meninggalkan putra-putrinya agar mereka bisa bersekolah yang tinggi karena ayahnya pasti mampu membiayai...ketika dengan hati hancur berpuluh tahun menanti dipanggil "ibu" oleh mereka....ketika trauma pernikahan menghantuinya selama puluhan tahun hingga beliau tidak pernah punya keinginan untuk menikah kembali...

Semua peristiwa pasti ada hikmahnya...meski hubungan batin diantara mereka tidak sedekat sebagaimana layaknya ibu kandung dan anak kandung...sekarang anak-anaknya sudah mau mengakui beliau sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan...yang tidak bisa lagi diabaikan keberadaan nya...
Tapi yang masih memilukan hati..di usia nya yang semakin lanjut, dengan berbagai penyakit yang bersarang di tubuhnya...beliau tetap tinggal sendiri...tanpa teman berbagi...sering saya merasa khawatir akan keadaan nya...dalam kondisi sakit..tanpa ada orang yang menemani di rumah..saya selalu khawatir akan terjadi apa-apa pada beliau...tapi beliau selalu mengatakan bahwa beliau terbiasa hidup sendiri, teman dan pelindungnya hanya Allah swt,...

Saya selalu berdoa, mudah-mudahan ada salah seorang anaknya yang tergerak untuk menemani beliau menghabiskan masa tua...menemaninya menjalani hari-hari...
Betapa tidak enaknya hidup dalam kesendirian...betapa menyedihkan hidup tanpa kasih sayang keluarga...anak-anak yang seharusnya merawat beliau semua sibuk dengan dunianya sendiri, tanpa berpikir satu saat mereka juga akan menjadi tua dan ingin dirawat, didampingi oleh keluarga dan putra-putrinya...ahh..inilah kehidupan..
Semoga Allah swt selalu melindungi beliau...menjaganya dengan kasih sayang dan kelembutan Nya...

nengndrie




Baca Selengkapnya...

Jumat, Oktober 30, 2009

Sri

Cerpen ini adalah secuil bagian dari novel dansa berjudul "Ci" yang belum di buat.

by : dansa

Kalau itu aku hapal betul, suara Wak Pernata. orang tua yang jalannya gontai digerogoti rasa putus asa dan hilang semangat hidupnya semenjak istrinya meninggal setahun yang lalu. orang tua itu muazin surau bale kambang kampung kami yang sedang melantunkan azan ashar, sebenarnya suaranya parau dan putus-putus. Tetapi dengan gunung iman yang kokoh berkacak pinggang didalam hatinya mampu menyihir kami sehingga suaranya terasa mengalun bak rambut bidadari yang dipermainkan angin gunung, mendayu, meresap hingga ke sumsum tulang belakang. Tak mampu ku menolak ajakan Wak Pernata yang berkelebat dalam benakku, seolah-olah beliau berdiri di atap surau dan melambai-lambaikan tangannya mengajak kami solat berjamaah.Kututup rollingdor toko ku, kusambar kain sarung bergegas hendak ke surau.

Jalan kecil yang dibungkus permadani batu kali kutapaki, kuntul-kuntul penghamba Alloh bermunculan dari tiap sudut rumah yang berjauhan jaraknya, menghampiri sawah surau asal suara seruan adzan tadi, senyum sumringah terlempar dari setiap bibir anak surau dalam melepas hari ini dari kancah pencarian rizki, kecipak-kecipuk suara air kolam, muka-muka basah mata-mata yang teduh terpacar dari mereka, kamipun masuk ke dalam surau. Sekarang saatnya kami tepekur bersujud dan bersimpuh pada bumi dihadapan Alloh, mengadukan segala keluh-kesah, memohon segala harapan, dan ampunanNya.

Selepas solat ashar kebiasaanku menuang segelas kopi dan mengepul-ngepulkan asap rokok, sambil duduk di kursi dapur yang lusuh melendut, itu tempat yang paling asik melepas sore sambil bercakap-cakap dengan Ibuku, banyak hal yang sering aku obrolkan dengannya , dari hal yang penting, serius, bahkan hanya untuk membicarakan kelakuan tetanggaku yang kurang waras menurut ku, untuk hal itu ibu tidak suka, Ibu tidak tega membicarakan kekurangannya, hati ibu serasa disayat-sayat dan dadanya sesak jika ingat dia, mungkin itu suatu bentuk terimakasih ibu kepada Tuhan, karena ibu diberikan anak yang lengkap jasmani dan rohaninya, ibu selalu melekatkan matanya di mukaku jika sampai ke pembicaraan tentang tetanggaku itu, memberi isyarat untuk berhenti menggibahnya. Ibuku orang yang sabar, Ibu tidakbisa mengatakan tidak walau ia tak setuju, apalagi untuk kebijakan Bapak, bagai kerbau dicocok hidung ibu mentaati saja. yang paling ditakuti dalam hidupnya jika berdosa dari suami, baginya membantah suami berarti bencana, bumi akan menghimpitnya lahar menelan langit runtuh hingga tak dapat bernafas.
Saat itu kami mendengar suara pintu kamar Bapak dibuka, sudah dua hari Bapak tidak keluar dari kamar, kami tidak tahu alasan apa Bapak mengurung diri, hanya ketika waktu solat saja Bapak keluar mengambil air wudlu di bak mandi lalu masuk lagi. Tak seorang pun dirumah kami yang Berani bertanya alasannya, bahkan Ibu sekalipun selalu cukup mengatakan "duka" (tidak tahu) jika kami bertanya alasannya Bapak demikian.
Aku mendengar suara Bapak memanggilku, segera aku memperolehnya dikursi tempat Bapak suka duduk berlama-lama, aku duduk tertunduk di hadapannya, lama Bapak tidak berkata-kata apapun, pikiranku menduga-duga apa yang mau dikatakannya. Barangkali bapa sudah pikirkan untuk membagikan tanahnya pada kami sebelum beliau wafat, atau barangkali beliau... ah..
Ibu melantakkan hayalanku, ibu duduk sepertiku tanpa berkata-kata.
"Satya ! sudah berulang kali Bapak katakan, sudahi hubunganmu dengan Sri." Bapak mulai membuka pembicaraan. Dua hari Bapak mengurung diri dikamarnya hanya untuk mengatakan itu ? bukankah Bapak sering mengatakannya tanpa harus bertapa dahulu ? aku masih belum mengerti hendak kemana hati dan pikiran Bapak melangkah,

Sudah tiga bulan aku mengenal Sri, telah banyak kesempatan yang kami curi untuk kami saling bertemu, di rumahnya, di warung bi Sewi, sukaderi, tarikolot, balong tukang, Dangdeur. Kami saling memadu kasih merekatkan hati-hati kami, aku sudah mabuk kepayang.
Sri wanita tercantik yang pernah aku temui di muka bumi ini, setidaknya itu dalam penglihatanku. Di hitam bola matanya melati, mawar dan angrek. Di hitam bola matanya pula ia menyiratkan keluguan, ketulusan keikhlasan, kesederhanaan harapannya. senyum girang tiada kepalang acapkali dia bertemu dengan ku melukiskan hatinya yang hampa tanpa diriku, bagai seorang yang sedang hanyut di lautan lapas, lalu didapatinya perahu nelayan. Begitu tulusnya Sri mencintai aku membuat hatiku semakin tertambat padanya.

"Apa yang kau merasa pantas darinya ?". Bapak mulai memecah lagi keheningan.
"usianya saja baru 13 tahun, apa maneh (kamu) tidak berpikir ?". Kulihat dahi Bapak berkerut kulitnya melipat-lipat, matanya nanar berkaca-kaca, pandangannya dipalingkan keluar melewati jendela, menyembunyikan air mukanya dari kami. matanya menerawang ke kejauhan.
"Kenapa kamu teh diam sajah","mau atau tidak?". Bapak bertanya padaku, tapi aku mematung dan masih memikirkan Sri yang bagai hidup sebatang kara di dunia ini, yang dia tahu hanyalah aku.
"Bapak teh sudah pikirkan Satya, kalau maneh tidak mau menjaga beungeut kolot(muka orang tua), silahkan !, itumah hak maneh. mau berkeras hati dengan Sri juga silahkan !, tapi pergilah yang jauh supaya Bapak tidak lagi mendengar tentang kalian, jangan datang lagi kesini selama Bapak masih hidup, Bapak mendoakan semoga kalian bahagia.".Bapak berdiri dan pergi kekamarnya meninggalkan kami.

Bagai disambar petir disiang bolong tubuhku gemetar, panas, tak dapat bergerak tetapi tubuhku seperti melayang, ibarat benda kehilangan gaya gravitasi perasaankupun tak menentu, entah rasa seperti apa yang kurasakan. Petir sebagai mahluk luar ankasa yang belum diketahui kegunaannya itu telah menghantam tubuhku hingga tercabik-cabik berkeping-keping, darah semburat ke tak menentu arah,. ditingalkannya hatiku tergolek disana.
kulihat Ibu terdiam membatu, mimik muka datar tapi air matanya mengalir deras, sungguh aku tak tega melihat perempuan tua nan sabar ini membuang airmatanya hanya untukku. Aku akan baik-baik saja Bu ! itu kata hati yang tak mampu keluar dari mulutku, ini bukan hari yang tepat untuk membalas barang setetes air dari samudra kebaikanmu padaku.
Pilihan dilematis telah Bapak tawarkan padaku, bagai buah simalakama, dimakan Bapak mati, tidak dimakan Ibu yang mati. oh, sulit sekali bagiku, kenapa tidak buah yang lain saja ?

Dalam linangan air mata yang tak tertahankan tumpah ruah membasahi hampir separuh bajuku, aku berpamitan pada Ibu, aku meyakinkan pada Ibu bahwa aku akan memilih jalan hidup yang aku kehendaki, atas ultimatum dari Bapak akan aku terima dengan dengan lapang dada, ini resiko yang harus ku ambil. Jika aku tak dapat mengambil keduanya maka aku memilih yang paling lemah diantaranya.
Ibu tersenyum telungkup sabit, air matanya tak henti meleleh dari haribaan kasih tak berujung, tangannya mengelus-elus, menepuk-nepuk, menggenggam erat pundakku. Mengangguk-anggukan kepala tanpa sepatah katapun, mata lekat menatapku seolah membisikan syair kalimah sakti "Kamu sudah pantas menjadi kepala keluarga Nak. jemputlah Sri mu, doaku tertancap diubun-ubun dan diulu hatimu, selamat jalan anakku."

Aku pergi tanpa berpamitan pada Bapak, diantar tatapan Ibu hingga hilang dari pandangannya.
Aku masih belum dapat merasakan tubuhku ini sebenarnya masih ada, seolah-olah bagian dari hidupku hanya tinggal segumpal hati, yang melayang-layang menyusuri bentangan jalan tak tentu arah, hanya pasrah pada takdir angain membawanya.
Malam itu aku singgap di gubuk sawah entah milik siapa, tak ada yang mampu kupikirkan selain mendekap hati yang kian malam kian terasa sakit. setiap helaan nafas terasa seperti sayatan sembilu mengiris hati ini, hingga subuh datang aku baru tertidur digubuk itu.

Kakiku terasa hangat, kubuka mata perlahan. Silau sinar matahari membuat mataku tak jelas melihat, dimukaku sosok manusia perlahan tampak, kilaban rambut melambai-lambai tertiup semilir angin pagi, senyum bibirnya menyuguhkan sarapan pagi bagiku yang belum makan sedari kemarin. Sri yang dihadapanku itu, sosok bidadariku yang selalu kubawa dalam kalbuku, kusimpan disekat bilik hati sebelah kiri. Suara penawar segala lara membangkitkanku dari terbanring.
"Aa kenapa tidur di saung ? (gubuk sawah)" .
aku belum menjawab bidadari kecil ku, ku amati petak demi petak sawah yang mengelilingi gubuk ini, kulihat batas-batas sawah, kulihat jalan setapak yang membelah hamparan sawah menuju ke kampung yang aku tak asing lagi. oh, aku terdampar di gubuk yang tak jauh dari rumah Sri.
Sri masih memegangi telapak kakiku yang dingin sisa lahapan angin malam yang kubiarkan tanpa daya. di bening matanya menyiratkan pertanyaan yang belum mau ku jawab. Sri tidak memaksa pertanyaannya, diraupnya jemariku dalam genggaman jemarinya yang hangat nan erat, lalu ditelekamkannya di pipinya lama hingga kami merasa baik. Begitulah Sri memperlakukan aku bak dewa kehidupan bagi dirinya. Sri membujukku untuk berbincang di rumahnya, dan aku setuju.

Kopi hangat telah menyadarkanku dari drama tadi malam, sebatang rokok sedikit menawar rasa sakit di ulu hati yang kini datang lagi, Sri memecah kesibukanku yang sedang menguasai hati ini.
"Aa kenapa tidur di saung ?".
Ini pertanyaan yang sulit aku jawab, jika aku mengatakan apadanya, tentu sangat menyinggung perasaannya, membuat ia merasa bersalah padaku, merasa ia tidak berharga sama sekali, dan banyak kemungkinan lain yang akan menyiksa hatinya. Aku tidak mau Sri terluka sedikitpun.
"Aku sudah berpamitan akan pergi ke Bandung tadi malam, tapi aku belum mau berangkat ke sana. Aku akan menemanimu beberapa hari di sini.".
Sri tidak memaksakan beberapa pertanyaan yang kritis, sepanjang dua hari aku bersamanya.
Sri bahagia, akupun terobati. Aku semakin yakin bahwa Sri pilihan terbaikku.
"Kenapa Aa harus mencari kerja ke Bandung ?"
"Aku punya impian untukmu Ci, aku akan membuat hidupmu lebih dari yang lain, kau tigabelas aku dua sembilan, tidak ada yang salah dari kita." (Ci adalah panggilanku pada Sri) .Sri tersenyum lebar, walaupun aku tahu dia tidak mengerti apa yang ku ucapkan, baginya ucapanku hanyalah gombal yang menyenangkan.
Sri melepas kepergianku dengan penuh harap kembali, ia mengatarku hingga terminal bus.

Bersambung..........

Baca Selengkapnya...

Senin, Oktober 19, 2009

TANPA JUDUL

seraut wajah hadir
dengan bingkai rindu di matanya
kusambut hadirnya
dalam serakan rasa yang sama

rindu kita
terpuaskan dalam mimpi
malam tadi

wajah kita
ada di sana
dalam asa yang serupa...

Baca Selengkapnya...

Sabtu, Oktober 17, 2009

PEMBENTUKAN SEBUAH CERPEN



dansa :

Dulu pembentukan sebuah cerpen lazimnya cenderung bertumpu pada alur cerita dan karekteristik yang kuat serta utuh, seseorang menulis cerita karena memang benar-benar memiliki cerita yang ingin di bagikan kepada orang lain. Tetapi sekarang pembentukan sebuah cerpen tidak melulu menyuguhkan cerita, melainkan dapat juga berupa ekpresi situasi tertentu ataupun deskripsi yang berisi pemaparan peristiwa-peristiwa dalam bentuk monolog dan lain-lain. Karena tidak bertumpunya melulu hanya pada cerita, maka cerpen dapat meluas kepada hal ikhwal lain yang mengitari peristiwa dibalik cerita. Cerpen dapat bermula dari teks lain, pencampuran dan peleburan berbagai teks dengan acuan-acuan yang menyebar serta dapat dikaitkan dengan teks-teks lain yang berkenaan ataupun tidak berkenaan dengan cerpen.

Gejala pengembangan pembentukan cerpen di Indonesia itu akan lebih jelas terlihat dalam pertunjukan teater atau seni rupa dalam era duapuluh tahun terakhir. Sepertinya beberapa pertunjukan teater dan seni tari tidak lagi bertumpu pada manusia sebagai suatu "sosok karakter" yang utuh dan menjadi pusat cerita, melainkan pada rangkaian peristiwa, komposisi ruang dan permainan visual. Disitu tubuh dan gerak tidak lagi menjadi pusat pertunjukan melainkan hanya bagian dari susunan ruang dan bangun visual yang di bentuk di atas panggung. Dalam susunan ruang dan bangun tersebut terdapat berbagi peristiwa acak, terpotong-potong, seperti fragmen-fragmen yang seolah-olah tidak lagi memiliki struktur yang utuh. dari peristiwa yang satu ke peristiwa yang lain meloncat-loncat tidak beraturan.Bahkan terkadang dari peristiwa yang satu ke peristiwa yang lainnya tidak terdapat kaitanya sama sekali. Bahkan kita seperti sedang berhadapan dengan percampur adukan segala absurd, kontradiktif, paradoksal, hamburan simulacrum, tumpukan budaya massa, berbagai kebrutalan dunia impersonal dampak politik, kapitalisme, fundamentalisme agama, anarki dan sekaligus omong kosong. Pementasan teater itu seolah-olah hendak menunjukan bahwa saat sekarang ini kian sulit menyusun manusia dalam sosoknya yang utuh.Modernisasi yang telah menemukan manusia sebagai subjek yang utuh dan otonom teryata justru menghancurkan si subjek itu sendiri.Kini manusia hanya dapat disusun dari serpihan-serpihan sejarah, sebagai fragmen-fragmen. Dan manusia yang fragmentatif itu sekarang hidup dalam dunia yang terpacah-pecah pula. Maka tidak mengherankan jika seniman teater dan tari justru ingin menampilkan potongan-potongan ruang dan imanji-imaji visual karena memang demikianlah kondisi manusia dan dunia yang mereka saksikan saat ini.

Dari deskripsi perihal gejala yang berlangsung dalam bidang seni pertunjukan dan seni rupa tersebut, saya ingin mengatakan bahwa dalam proses menikmati karya seni, dalam hal ini proses membangun atau membaca sebuah cerpen terkadang kita tidak perlu mengharapkan "cerita" atau berbagai peristiwa di sekitar cerita beserta karakteristik tokohnya yang gamblang, bulat dan utuh, melainkan dapat dengan cara lain yakni menikmati kalimat-kalimatnya, imajeri-imajeri yang dibuka oleh teks, atau menyentuh bentuk-bentuk deskripsinya. Beberapa cerpen menuntut saya untuk menikmati teks sebagaimana saya berhadapan dengan beberapa gejala yang berlangsung dalam seni pertunjukan dan seni rupa, dimana "proses" perjumpaan dengan elemen-elemen yang membentuk karya tersebut terkadang lebih penting dan lebih mengasyikkan ketimbang mencari suatu "Hasil".

Menikmati pencampuradukan yang memesona dari berbagai kemungkinan representasi dan penggambaran sebuah situasi ruang yang sangat rinci dengan bentuk penuturan yang konyol dan humoris seperti dalam cerpen "ANAKKU AKU" karya dansa , dan kalimat-kalimat panjang yang bersayap-sayap serta penyisipan metafora disana-sini juga dalam cerpen karya Dansa yang berjudul "HARTI OH HARTI", kadang lebih ngasyikan membuatnya ketimbang mencari alur dan karakteristik tokoh-tokohnya.Sebagai mana telah dituturkan dalam cerpen tersebut yang tidak menyuguhkan "cerita" yang gamblang, bulat dan utuh, melainkan hanya berbagai lekuk dan liku penuturan yang bermacam-macam.

bersambung...


DAFTAR PUSTAKA :

Wicaksono Adi, 2009. "Beberapa Catatan Perihal Cara Berkisah Dalam Cerpen".
PENA KENCANA, 2009. "20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009".

Baca Selengkapnya...

Kamis, Oktober 15, 2009

November 2009


HATIKU TAK BERPALING

Berjumpa sebentar
Matamu bercerita
Kau bawa cinta itu

Demikian Aku
Kita jauh

Jasad dipasung takdir
Berontak tak bisa
Duniaku disini

Hati bercerita
Bergetar
Hampa
Nyeri

Kau ada dalam ilusi
Dekat bersamaku
Hatiku tidak berpaling
Sampai napas berhenti

Jika alam berganti kelak
Tidakkan tidak aku ucapkan
Takboleh hilang kedua kali
Aku ingin memiliki
Duh Gusti




by : dansa



Baca Selengkapnya...

Bagian III dari Trilogi Puisi

DE JAVU


Ruang dan waktu cuma sekat..
Pembatas maya buat kita lepaskan rindu..
Aku Masih milikmu....


Fuur : Ceu

Selesai...

Baca Selengkapnya...

POSTING TERBARU

KOMENTAR TERBARU

  © Free Blogger Templates Blogger Theme by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP